Uncontrolled Diabetes Mellitus will lead to long-term complications, namely decreased organ function, especially the kidneys, nerves, eyes, blood vessels and heart. Diabetic nephropathy is a complication that is often found in DM patients and attacks the kidneys. Serum creatinine examination is used to assess kidney function in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. This purpose of research is to describe the description of serum creatinine levels in inpatients diagnosed with Type 2 Diabetes Mellitus at Dr. Kariadi Semarang. This study uses descriptive quantitative. The data comes from the medical records of inpatients diagnosed with Type 2 DM at Dr. RSUP. Kariadi Semarang who examined creatinine levels in the period January - April 2020 with the total sampling method. From this study, inpatients diagnosed with Type 2 DM at Dr. Kariadi Semarang were 79 respondents with male sex as many as 49 people 62% and women 30 people 38%. In 79 respondesnts, there are 2 respondents had low creatinine levels, 7 respondents had normal creatinine levels, while 70 respondents had high creatinine levels. 43 male patients were included in the category of high creatinine levels. Based on age, it was dominated by the late elderly 55 – 65 years as many as 32 people with the late elderly patients as many as 28 people having high creatinine levels. Conclusion In 79 respondesnts 100%, there are 72 respondents who have abnormal creatinine levels and 7 respondents have normal creatinine levels. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jaringan Laboratorium Medis Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495Vol. 04 No. 01 Bulan Mei Tahun 2022Submit Artikel Diterima 2022-03-02 ; Disetujui 2022-03-14Kadar Kreatinin Serum pada Pasien Rawat Inap yang Didiagnosis DiabetesMelitus Tipe 2Serum Creatinine Levels in Inpatients Diagnosed with Type 2 Diabetes MellitusTYAS PERTIWI ARMANINGRUMTEGUH BUDIHARJOJurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pedurungan SemarangEmail tyaspertiwiarmaningrum Melitus yang tidak terkontrol akan mengakibatkan komplikasi jangka panjang, yaitupenurunan fungsi organ diantaranya terjadi pada organ ginjal, saraf, mata, pembuluh darahdan jantung. Nefropati Diabetika merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada pasienDM dan menyerang organ ginjal. Pemeriksaan kreatinin serum digunakan menilai fungsiginjal pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahuigambaran kadar kreatinin serum pada pasien rawat inap yang didiagnosis Diabetes MelitusTipe 2 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini menggunakan deskriptif berasal dari rekam medik pasien rawat inap yang didiagnosis DM Tipe 2 di RSUP Semarang yang melakukan pemeriksaan kadar kreatinin pada periode Januari - April2020 dengan teknik total sampling. Dari penelitian ini, pasien rawat inap yang didiagnosisDM Tipe 2 di RSUP Dr. Kariadi Semarang adalah 79 responden terdapat 49 responden 62 %dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan 30 orang 38%. Pada 79 responden terdapat 2responden 2,5% memiliki kadar kreatinin rendah, 7 responden 8,9% memiliki kadarkreatinin normal, sedangkan 70 responden 88,6% memiliki kadar kreatinin tinggi. Pasienlaki-laki sebanyak 43 orang 88,6% masuk dalam kategori kadar kreatinin usia, didominasi oleh lansia akhir 55–65 tahun sebanyak 32 orang 40,5%dengan pasien lansia akhir sebanyak 28 orang 87,5% memiliki kadar kreatinin dalam 79 responden 100%, terdapat 72 responden 91,1% yang memilikikadar kreatinin yang abnormal dan 7 responden 8,9% memiliki kadar kreatinin Kunci Diabetes Melitus Tipe 2 ; Nefropatik Diabetik ; Kreatinin SerumAbstractUncontrolled Diabetes Mellitus will lead to long-term complications, namely decreasedorgan function, especially the kidneys, nerves, eyes, blood vessels and heart. Diabeticnephropathy is a complication that is often found in DM patients and attacks the creatinine examination is used to assess kidney function in patients with Type 2Diabetes Mellitus. This purpose of research is to describe the description of serum creatininelevels in inpatients diagnosed with Type 2 Diabetes Mellitus at Dr. Kariadi Semarang. Thisstudy uses descriptive quantitative. The data comes from the medical records of inpatientsdiagnosed with Type 2 DM at Dr. RSUP. Kariadi Semarang who examined creatinine levelsin the period January - April 2020 with the total sampling method. From this study,inpatients diagnosed with Type 2 DM at Dr. Kariadi Semarang were 79 respondents withmale sex as many as 49 people 62% and women 30 people 38%. In 79 respondesnts, thereare 2 respondents had low creatinine levels, 7 respondents had normalcreatinine levels, while 70 respondents had high creatinine levels. 43 male patients were included in the category of high creatinine levels. Based on age, it wasdominated by the late elderly 55–65 years as many as 32 people with the lateelderly patients as many as 28 people having high creatinine levels. Conclusion In Jaringan Laboratorium Medis Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495Vol. 04 No. 01 Bulan Mei Tahun 2022Submit Artikel Diterima 2022-03-02 ; Disetujui 2022-03-1479 respondesnts 100%, there are 72 respondents who have abnormal creatininelevels and 7 respondents have normal creatinine Type 2 Diabetes Mellitus Type 2 ; Diabetic Nephropathy ; Serum Creatinine1. PendahuluanWalaupun penyakit tidak menular termasuk suatu penyakit yang tidak dapat menularkanantar individu dan bukan disebabkan oleh agen penularan vektor, virus, bakteri, namunmenurut World Health Organization 2018 menyebutkan bahwa 71% kematian di bumi yangdisebabkan oleh penyakit tidak menular. Terdapat berbagai macam penyakit tidak menularlebih banyak disebabkan oleh perilaku gaya hidup, salah satunya adalah Diabetes MelitusDM yang menjadi masalah kesehatan utama pada saat ini yang merupakan tantanganKEMENKES RI dalam mengatasi Penyakit Tidak Menular, karena meningkatnya prevalensiPenyakit Tidak Menular PTM sekaligus prevalensi penyakit Diabetes Melitus tiap RISKESDAS 2018, pada penduduk berusia diatas 15 tahun yang terkena DMprevalensinya meningkat dari 6,9% menjadi 10,9%. Menurut International DiabetesFederation IDF, pada negara Indonesia penderita DM diprediksi meningkat dari 10,3 jutamenjadi 16,7 juta pada tahun 2045 Perkeni, 2019.Diabetes Melitus adalah penyakit dengan gangguan dalam proses metabolisme tubuhyang dikenali dengan karakteristik kadar glukosa yang tinggi dalam darah hiperglikemiaWHO, 2019. Penegakkan diagnosa penyakit Diabetes Melitus salah satunya dapat diketahuidengan pada pemeriksaan hasil kadar glukosa sewaktu GDS yang >200 mg/dl danpemeriksaan kadar glukosa darah puasa GDPP yang >126 mg/dl PERKENI, 2015.Diabetes Melitus tipe 2 adalah penyakit dengan gangguan dalam proses metabolisme tubuhyang dikenali dengan peningkatan gula darah yang diakibatkan pada penurunan sekresiinsulin oleh sel beta pankreas dan/atau gangguan fungsi insulin resistensi insulin. PadaDiabetes Melitus tipe 2, pada dasarnya pankreas menghasilkan hormon insulin yang bertugasuntuk mengubah glukosa menjadi energi, namun terhadap penderita Diabetes Melitus Tipe 2memang masih menghasilkan insulin, namun sel-selnya tidak menggunakan insulin tersebutdengan sebagaimana mestinya, atau biasa disebut dengan istilah resistensi yang buruk antarsel juga berpengaruh, termasuk reseptor insulin yang tidakberfungsi secara maksimal merupakan patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2. Pada DiabetesMelitus tipe 2 bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah genetik atau karenaketurunan dan kelebihan berat badan Hasil RISKESDAS 2018 menunjukkan penderitaDiabetes di Indonesia sudah mencapai angka kejadian 57%, sedangkan penderita DM tipe 2dunia mencapai 95%. Pada era globalisasi ini, gaya hidup yang tidak baik diantaranyakurangnya aktivitas fisik, asupan gizi tak seimbang, stress, dan kurang tidur menyumbangrisiko Diabetes Melitus Tipe 2. Sekitar 30% pasien DM tidak menyadari keberadaanpenyakitnya, dan pada saat terdiagnosis, sekitar 25% mengalami komplikasi. Denganpengelolaan dan pengendalian yang tepat dapat meminimalisir terjadinya komplikasiRamadhan et al., 2018.Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pasien DM tipe 2 mengalami gangguankadar profil lipid seperti kolesterol dan trigliserida Gunardi, 2020. Sejalan dengan itu,pasien dengan penyakit ginjal kronik terjadi peningkatan kadar ureum dan kreatinin lebihdari 100% Afriansya, Sofyanita, & Suwarsi, 2020. Pada pasien DM tipe 2 Kadar glukosayang tidak normal dapat juga terjadi penderita hipertensi dan kelainan profil lipid padaprolanis Imawati, 2020. Hasil riset yang lain tentang kadar ureum pada pasien ginjalsebelum dan sesudah hemodialisa menunjukkan terjadinya penurunan kadar ureum Sari,2020.Diabetes Melitus menjadi penyakit yang beresiko sangat berbahaya apabila tidak hendaksegera ditangani, hal ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi, sehingga perlu dilakukanpemeriksaan glukosa darah sebagai monitor kesehatan bagi penderita diabetes DM, karenapenyakit DM yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi yang menyeang organ Jaringan Laboratorium Medis Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495Vol. 04 No. 01 Bulan Mei Tahun 2022Submit Artikel Diterima 2022-03-02 ; Disetujui 2022-03-14ginjal yakni Nefropati Diabetik, hal ini dibuktikan yakni sebanyak 20-40% penyandang DMakan terkena nefropati diabetik PERKENI, 2015. Menurut Bethesda National Institutes OfHealth, pada tahun 2002 angka prevalensi 40% penyebab gagal ginjal terminal adalahNefropatik Diabetika. Sekarang terdapat 25% penderita gagal ginjal yang melakukan dialisiskarena penyakit komorbidnya yaitu penyakit DM terutama DM tipe 2 karena penyakitdengan tipe tersebut lebih sering dijumpai di lapangan Alfarisi et al., 2012.Penyataan diatas didukung oleh penelitian terbaru yang dilakukan oleh Aulia AchmadYP pada tahun 2013 tentang “Korelasi Lama Diabetes Melitus Terhadap Kejadian NefropatiDiabetik Studi Kasus Di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang”. Pasien DM yang dirawatinap di RSUP Dr Kariadi Semarang selama periode 2008 - 2012. Di antara 310 pasienDiabetes Melitus, terdapat 134 pasien yang terkena Nefropati Diabetik. Menurut penelitianini, kejadian Nefropatik Diabetik pada pasien DM di RSUP Dr. Kariadi adalah 43,2% AAY,Pratama, 2013.Nefropati diabetik merupakan salah satu komplikasi vaskular jangka panjang daripenyakit Diabetes Melitus yang terjadi pada organ ginjal. Perjalanan penyakit DiabetesMelitus hingga menyebabkan Nefropatik Diabetik yang merupakan penyakit gagal ginjalkronik yang disebabkan penyakit metabolik diabetes melitus, secara sederhana digambarkanoleh hiperfiltrasi dan hipertrofi organ ginjal yang merupakan akibat langsung darihiperglikemia. Hal ini mengakibatkan penebalan membran basal glomerulus dan terjadiglomeruloskerosis, yang diakibatkan hipertensi intragromerular. Pada keadaanglomeruskerosis ini, akan menyebabkan LFG Laju Filtrasi Glomerulus pernyataan The National Kidney Disease Education Program, pemeriksaankreatinin serum, yang merupakan tes gold standar pada penyakit ginjal yang digunakanuntuk menunjukkan kapasitas filtrasi glomeruli, dan mengamati perjalanan penyakit ginjalVerdiansyah, 2016. Pemilihinan pemeriksaan kadar kreatinin karena konsentrasi kreatinindalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Adapun hasil kadarkreatinin darah yang lebih tinggi dari rentan nilai normal menunjukkan gangguan fungsiginjal yang harus dikaji lebih lanjut Alfarisi et al, 2012.2. MetodeRancangan pada penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan jenispenelitian adalah studi kasus. Penelitian ini menggunakan data rekam medis yang diperolehdari Instalasi Rekam Medis dan Instalasi Laboratorium Terpadu di RSUP Dr. KariadiSemarang. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah pasien rawat inap dengandiagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 yang melakukan pemeriksaan kadar kreatinin di InstalasiLaboratorium Klinik RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Januari-April 2020 denganmenggunakan teknik sampling yaitu total sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 79data pasien. Pengelompokkan data berdasarkan karakteristik subjek penelitian berupa usia,jenis kelamin, dan nilai hasil pemeriksaan kreatinin. Data hasil kadar kreatinin dan pasienDiabetes Melitus diolah secara statistik dengan program Hasil dan PembahasanHasilTabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jaringan Laboratorium Medis Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495Vol. 04 No. 01 Bulan Mei Tahun 2022Submit Artikel Diterima 2022-03-02 ; Disetujui 2022-03-14Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa dalam responden pada penelitian ini yangberjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 49 orang 62% sedangkan responden sebanyak 3038% berjenis kelamin perempuan. Dengan presentase pasien berjenis kelamin laki-lakisebesar 62 % menunjukkan bahwa sebagian besar pasien rawat inap yang didiagnosisDiabetes Melitus Tipe 2 dalam penelitian ini adalah 2 Distribusi Responden Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa pasien dalam penelitian ini yang masuk kategoriumur masa kanak-kanak yaitu sebanyak 1 orang dengan persentase sebesar 1,3%. Pasienyang masuk kategori umur remaja akhir, dewasa awal, dewasa akhir masing-masingsebanyak 2 orang dengan presentase sebesar 2,5%. Pasien rawat inap yang didiagnosisDiabetes Melitus Tipe 2 yang masuk kategori umur lansia awal dan manula masing-masingsebanyak 20 orang dengan presentase sebesar 25,3%. Sedangkan pasien yang masuk kategoriumur lansia akhir sebanyak 32 orang dengan presentase sebesar 40,5%. Maka dapatdisimpulkan mayoritas pasien rawat inap yang didiagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 dalampenelitian ini masuk dalam kategori umur lansia akhir dengan presentase sebesar 40,5%.Pada RSUP Dr Kariadi Semarang rentang nilai normal bagi pasien berjenis kelaminperempuan dan laki-laki untuk pemeriksaan kreatinin adalah 0,6-1,3 mg/ 3 Distribusi Frekuensi Kategori Kadar Kreatinin tabel 3 diketahui dalam penelitian ini pasien yang masuk kategori kadarkreatinin rendah, yaitu sebanyak 2 orang 2,5%, pasien yang masuk kategori kadar kreatininnormal sebanyak 7 orang dengan presentase sebesar 8,9%, sedangkan pasien yang masukkategori kadar kreatinin tinggi sebanyak 70 orang dengan presentase sebesar 70%. Makadapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien rawat inap yang didiagnosis Diabetes MelitusTipe 2 dalam penelitian ini masuk dalam kategori kadar kreatinin 4 Distribusi Frekuensi Kadar Kreatinin Responden berdasarkan Jenis Kelamin Jaringan Laboratorium Medis Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495Vol. 04 No. 01 Bulan Mei Tahun 2022Submit Artikel Diterima 2022-03-02 ; Disetujui 2022-03-14Berdasarkan tabel 4 bahwa mayoritas pasien laki laki sebanyak 43 orang 87,8% masukdalam kategori kadar kreatinin tinggi, sedangkan sisanya sebanyak 5 orang pasien laki-laki10,2% masuk kategori kreatinin normal, dan 1 orang pasien laki-laki 2% masuk dalamkategori kreatinin rendah. Untuk pasien perempuan sebanyak 27 orang 90% memliki kadarkreatinin tinggi, sedangkan sisanya sebanyak 2 orang pasien perempuan 6,7% masukkategori kreatinin normal, dan 1 orang pasien perempuan 3,3% masuk dalam kategorikreatinin 5 Distribusi Frekuensi Kadar Kreatinin Responden berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa semua pasien kategori umur masakanak-kanak sebanyak 1 orang 100% masuk dalam kategori kadar kreatinin normal,sedangkan semua pasien kategori umur remaja akhir sebanyak 2 orang 100% masuk dalamkategori kadar kreatinin rendah. Semua pasien kategori umur dewasa awal dan dewasa akhirmasing-masing sebanyak 2 orang 100% masuk dalam kategori kadar kreatinin responden kategori umur lansia awal sebanyak 19 orang 95% masuk dalamkategori kadar kreatinin tinggi, sisanya sebanyak 1 orang 5% responden kategori umurlansia awal masuk dalam kategori kreatinin normal. Mayoritas responden kategori umurlansia akhir sebanyak 28 orang 87,5% masuk dalam kategori kadar kreatinin tinggi, sisanyasebanyak 4 orang 12,5% responden kategori umur lansia akhir masuk dalam kategorikreatinin normal. Mayoritas responden kategori umur manula sebanyak 19 orang 95%masuk dalam kategori kadar kreatinin tinggi, sisanya sebanyak 1 orang 5% respondenkategori umur lansia akhir masuk dalam kategori kreatinin dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar kreatinin pada pasien rawatinap yang didiagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Dr Kariadi Semarang. Datapenelitian diperoleh dari data rekam medik pasien rawat inap, dengan teknik total samplingdiperoleh 79 sampel yang masuk. Selain itu terdapat kendala lain dalam pengambilan datasampel yaitu ada beberapa pasien penderita Diabetes Melitus Tipe 2 tidak melakukanpemeriksaan kimia klinik terutama pemeriksaan hasil penelitian pada bulan Januari–April tahun 2020 terdapat 79 respondenpasien rawat inap yang didiagnosis Diabetes Melitus Tipe 2 yang melakukan pemeriksaankreatinin melalui data sekunder dari RSUP Dr. Kariadi Semarang, berikut ini gambaran Jaringan Laboratorium Medis Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495Vol. 04 No. 01 Bulan Mei Tahun 2022Submit Artikel Diterima 2022-03-02 ; Disetujui 2022-03-14umum mengenai karakteristik responden penelitian pasien rawat inap yang didiagnosis DMTipe 2 di RSUP Dr. Kariadi Semarang berdasarkan jenis kelamin dan usia a. Hasil Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 berdasarkan Jenis KelaminMelalui tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, pada presentaseresponden pasien Diabetes Melitus Tipe 2 berjenis kelamin laki-laki sebesar 62 %menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang melakukan pemeriksaan kreatinin dalampenelitian ini adalah laki-laki sebanyak 49 berdasarkan data Riskesdas 2018, menunjukkan bahwa penderita DM diIndonesia lebih banyak diderita oleh perempuan dengan prevalensi Diabetes Melitus denganjenis kelamin perempuan adalah 1,8% dibandingkan laki-laki 1,2%. Terdapat beberapa faktorresiko penyakit Diabetes Melitus yang dapat menyerang berbagai gender. Menurut AmericanDiabetes Association ADA 2019 bahwa terdapat 2 faktor resiko yang menyebabkanpenyakit Diabetes Melitus, yaitu 1 Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya adalah ,riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram, faktor genetik riwayatkeluarga dengan DM, umur ≥45 tahun, etnik, riwayat melahirkan bayi dengan berat badanlahir bayi >4000 gram atau pernah menderita Diabetes Melitus gestasional dan riwayat lahirdengan beratbadan rendah 4000 gram atau riwayat diabetes gestasional dan latar belakang yang ditandai denganberat badan lahir rendah 1,3 mg/dl mayoritas responden dalam penelitian ini masuk dalamkategori umur lansia akhir 55 – 65 tahun sebanyak 32 orang 40,5%. Mayoritas respondenkategori umur lansia akhir sebanyak 28 orang 87,5% memiliki kadar kreatinin yangabnormal yakni masuk dalam kategori kadar kreatinin bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan faktor - faktor yang lebihbanyak lagi, karena terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya kadarkreatinin dan faktor yang menyebabkan responden dapat terkena penyakit Diabetes MelitusTipe 2 termasuknya salah satunya pola hidup pasien Diabetes Melitus mematuhi pengobatan diabetes, mengontrol polahidup, melakukan aktivitas fisik untuk menghindari komplikasi Diabetes Melitus yakni salahsatunya komplikasi DM yang menyerang organ ginjal Nefropatik Diabetik.5. Daftar PustakaADA. 2019. 2. Classification and Diagnosis of Diabetes <em>Standards of MedicalCare in Diabetes—2019</em> Diabetes Care, 42Supplement 1, S13 S., Basuki, W., & Susantiningsih, T. 2012. Perbedaan Kadar Kreatinin SerumPasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Terkontrol Dengan Yang Tidak Terkontrol DiRsud Dr . H . Abdul Moeloek Differences in Serum Creatinine Levels of Type 2Diabetes Mellitus Patient That Controlled With Not Controlled in Dr. 129– P., 2013. Korelasi lama diabetes melitus terhadap kejadian nefropati diabetik studikasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. J Media Medika R., Sofyanita, E. N., & Suwarsi. 2020. Gambaran ureum dan kreatinin padapasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Jurnal LaboratoriumMedis,21, 6–11. Retrieved from Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2019. Buku Pedoman PenyakitTidak Menular. Kementerian Kesehatan RI, 2020. Profil HbA1c , Kolesterol dan Trigliserida pada Pasien Diabetes MellitusTipe 2 Profile of HbA1c , Cholesterol and Triglyceride in Type 2 Diabetes Laboratorium Medis,0202, 89– H. 2020. Gambaran Kadar Glukosa , Tekanan Darah , dan Profil Lipid padaPasien Prolanis DM Hipertensi. Jaringan Laboratorium Medis,0202, 61– J. S., Ratag, B. T., & Wuwungan, G. 2013. Analisis hubungan antara umur danriwayat keluarga menderita DM dengan kejadian penyakit DM tipe 2 pada pasienrawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP PROF. Dr. RD KandouManado. J Kesmas Univ Sam Ratulangi Manad, 21, 1-6. Diakses melalui N., & Nugroho, P. S. 2020. Hubungan Stres Dan Merokok Dengan Kejadian Jaringan Laboratorium Medis Laboratorium Medis E-ISSN 2685-8495Vol. 04 No. 01 Bulan Mei Tahun 2022Submit Artikel Diterima 2022-03-02 ; Disetujui 2022-03-14Diabetes Melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Palaran Kota Samarinda Tahun Student Research BSR, 12, 1243-1248. Diakses melalui 2021. “Gambaran Kadar Kreatinin Serum Pada Penderita Diabetes MelitusTipe Ii Di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palembang Tahun 2019,” RepositoryPoltekkes Kemenkes Palembang, accessed June 2, 2021, D., Apriani, E., & Rahayu, Y. 2018. Hubungan Karakteristik Pasien DenganKemampuan Self-Care Pada Pasien Dm Tipe 2 Di Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan2. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, 111, 40-49. Retrieved from 2015. Diakses melalui N., Marissa, N., Fitria, E., & Wilya, V. 2018. Pengendalian Diabetes MelitusTipe 2 pada Pasien di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. Media Penelitian DanPengembangan Kesehatan, 284, 239–246. 2018. Hasil utama Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan PengembanganKesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diakses 30 November 2020. Diaksesmelalui 2018. The Relationship Between Dietary Knowledge and Glycemic Control inPatient with Diabetes Type 2 A Comunity-Based, Cross-Sectional Study. AdvancedScience Letters 2312 12532– K. F. 2017. Hubungan merokok dengan kejadian toleransi glukosa terganggu diIndonesia Tahun 2013 Bachelor's thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta FakultasKedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2017. Diakses melalui L. P. 2020. Kadar Ureum Sebelum dan Sesudah Hemodialisa pada Pasien GagalGinjal. Jaringan Laboratorium Medis,0202, 104–108Tim Penyusun Perkeni Soebagijo Adi Soelistijo, dkk. 2019. Pedoman Pengelolaaan danPencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia. 2019. PB melalui 2016. Pemeriksaan Fungsi Ginjal. CDK-237/ vol. 43 no. 2, th. 2016WHO. 2019. Classification Of Diabetes Mellitus. Diakses melalui V V TalantovThe USSR adopted the classification of diabetes mellitus by V. G. Baranov, improved by him in 1980 [16] and somewhat modified in 1984 [21, according to which the following are distinguished 1 spontaneous essential diabetes mellitus; 2 diabetes mellitus caused by primary diseases leading to widespread destruction of P-cells; 3 diabetes mellitus caused by diseases occurring with intense secretion of hormones, insulin GunardiDiabetes mellitus type 2 DM Type-2 is a metabolic disease which characterized by hyperglycemia due to failure of insulin secretion, insulin action or both. If DM is not handled properly, then it will arise complications in various organs of the body. The criterias of DM control including HbA1c levels and lipid fractions. Lipid pattern in patients with DM type 2 is very dependent on HbA1c control. High HbA1c is associated with high triglycerides and cholesterol. Research objective to find out the description of Hba1c, cholesterol and triglyceride levels in patients of DM type 2 at the Outpatient Poly of RSUD Tidar Magelang. Research method the research type was descriptive with observational design. Primary data were obtained from levels measurements of HbA1c, cholesterol and triglycerides.. The normal HbA1c levels 4-5,80%, good control 6,1-6,5%, moderate 6,6-7,8%, bad 8,8-14,1% respectively as much as 65,96%, 12,77%, 10,64%, and 10,90%. The normal cholesterol levels 100-160 mg/dL, moderate 200-220 mg/dL, and high 250-300 mg/dL, respectively 74,47%, 10,64%, and 14,89%. The normal triglyceride levels 70-140 mg/dL, high limit 150-165 mg/dL, and high 200-252 mg/dL respectively as much as 63,83%, 19,15% and 17,02%. Based on the age of normal HbA1c levels as much as 65,96%, normal cholesterol 74,47%, and triglycerides 63,83%. The levels of HbA1c, cholesterol, and triglycerides were mostly normal in age groups of elderly, and male. The high levels of HbA1c, cholesterol, and triglycerides were more common in elderly than in other age groups. Nur RamadhanNelly MarissaEka FitriaVeny WilyaDiabetes Mellitus DM is a metabolic disease that affects many people of the world, including Indonesia. To prevent complications, a good control of DM is needed by patients, one of them is controlling blood sugar and keeping blood pressure stable. DM is reported in Banda Aceh as one of diseases with the highest number of visits every year. The purpose of this study was to determine the achievements of DM control by patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Jayabaru Banda Aceh. The study used a cross sectional design and a sample of 85 patients with type 2 diabetes mellitus in Puskesmas Jayabaru in 2015. The results showed HbA1c value ≥ 7%, 80% fasting plasma glucose FPG ≥ 100 mg/dl, of the value post prandial plasma glucose ≥ 140 mg/dl and blood pressure ≥ 130 mmHg. Of the 85 patients only 7 showed good DM control results. This illustrates that DM control achievement is still below the cut-off value set by PERKENI. Counseling to patients and families is needed to improve the management of type 2 DM by patients. Abstrak Abstrak Diabetes Melitus DM merupakan penyakit metabolik yang banyak diderita penduduk dunia, termasuk Indonesia. Untuk mencegah terjadi komplikasi diperlukan pengendalian DM yang baik oleh penderita, salah satunya dengan mengontrol gula darah dan menjaga tekanan darah tetap stabil. Penyakit DM dilaporkan di Kota Banda Aceh sebagai salah satu penyakit dengan angka kunjungan terbanyak setiap tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui capaian pengendalian DM oleh penderita DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. Penelitian menggunakan desain potong lintang dan sampel berjumlah 85 orang penderita DM tipe 2 di Puskesmas Jayabaru tahun 2015. Hasil penelitian menunjukkan 81,2% nilai HbA1c ≥ 7%, 80% nilai GDP ≥ 100 mg/dl, 85,9% nilai GD 2 jam PP ≥ 140 mg/dl, 58,8% dan tekanan darah ≥ 130. Dari 85 pasien hanya tujuh orang yang menunjukkan hasil pengendalian DM yang baik. Hal ini menggambarkan bahwa capaian pengendalian DM masih di bawah nilai cut off yang ditetapkan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia PERKENI. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga sangat dibutuhkan untuk memperbaiki pengelolaan DM tipe 2 oleh and Diagnosis of Diabetes <em>Standards of Medical Care in Diabetes-2019</em>ADA. 2019. 2. Classification and Diagnosis of Diabetes <em>Standards of Medical Care in Diabetes-2019</em> Diabetes Care, 42Supplement 1, S13 LP-S28. Kadar Kreatinin Serum Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Terkontrol Dengan Yang Tidak Terkontrol Di Rsud Dr . H . Abdul Moeloek Differences in Serum Creatinine Levels of Type 2 Diabetes Mellitus Patient That Controlled With Not Controlled in DrS AlfarisiW BasukiT SusantiningsihAlfarisi, S., Basuki, W., & Susantiningsih, T. 2012. Perbedaan Kadar Kreatinin Serum Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Yang Terkontrol Dengan Yang Tidak Terkontrol Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Differences in Serum Creatinine Levels of Type 2 Diabetes Mellitus Patient That Controlled With Not Controlled in Dr. lama diabetes melitus terhadap kejadian nefropati diabetik studi kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi SemarangP AayAAY, P., 2013. Korelasi lama diabetes melitus terhadap kejadian nefropati diabetik studi kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. J Media Medika ureum dan kreatinin pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisisR AfriansyaE N SofyanitaSuwarsiAfriansya, R., Sofyanita, E. N., & Suwarsi. 2020. Gambaran ureum dan kreatinin pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Jurnal Laboratorium Medis, 21, 6-11. Retrieved from Pedoman Penyakit Tidak MenularDirektorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. 2019. Buku Pedoman Penyakit Tidak Menular. Kementerian Kesehatan RI, 101. Kadar Glukosa , Tekanan Darah , dan Profil Lipid pada Pasien Prolanis DM HipertensiH ImawatiImawati, H. 2020. Gambaran Kadar Glukosa, Tekanan Darah, dan Profil Lipid pada Pasien Prolanis DM Hipertensi. Jaringan Laboratorium Medis, 0202, 61-67.reratakadar kreatinin serum pasien diabetes melitus tipe 2 yang terkontrol lebih rendah dibandingkan yang tidak terkontrol. Rerata kadar kreatinin serum pasien diabetes melitus tipe 2 yang terkontrol 0,819±0,182, sedangkan rerata kadar kreatinin serum yang tidak terkontrol 0,967±0,265. Pada penelitian sebelumnya
Background Diabetes mellitus type 2 DMT2 is the most common type of diabetes and affects more than 90% of people with diabetes. Increasing age causes changes in carbohydrate metabolism and insulin release, which is influenced by blood sugar and inhibits the release of sugar into cells because it is influenced by insulin. The risk of diabetes mellitus increases with age, especially at 40 years and above. It happens because of the increase in sugar intolerance in people aged 40 and This study aims to determine the description of serum creatinine levels in patients with type 2 diabetes mellitus at the age of 40 years and The research design is cross-sectional with inclusion criteria, namely DMT2 patients aged 40 years and above, and conducting examinations at the Prodia clinical laboratory, Banda Aceh branch, from January to May 2022. Samples were taken by accidental sampling, totaling 59 people. Data were collected by interview and laboratory examination to measure creatinine levels using the automatic analyzer method. The reference value for serum creatinine examination in men is 0,7-1,3 mg/dl and in women 0,6-1,1 mg/dl. Data analysis was done DMT2 patients aged 40 years and above were predominantly male 55,9%, and the frequency based on age range was mainly between 56-65 years 37,3%. As many as 16,9% of DMT2 patients aged 40 years and over had increased serum creatinine levels, although there were also 83,1% normal creatinine DMT2 patients aged 40 years and above are dominant in men compared to women; the increase in creatinine levels do not show such a high value. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Original Research Kadar kreatinin serum pasien diabetes mellitus tipe 2 pada kelompok usia 40 tahun keatas Serum creatinine levels of patients with type 2 diabetes mellitus aged 40 years and above Asri Jumadewi, Wiwik Emmi Krisnawati4 Abstract Background Diabetes mellitus type 2 DMT2 is the most common type of diabetes and affects more than 90% of people with diabetes. Increasing age causes changes in carbohydrate metabolism and insulin release, which is influenced by blood sugar and inhibits the release of sugar into cells because it is influenced by insulin. The risk of diabetes mellitus increases with age, especially at 40 years and above. It happens because of the increase in sugar intolerance in people aged 40 and above. Objectives This study aims to determine the description of serum creatinine levels in patients with type 2 diabetes mellitus at the age of 40 years and above. Methods The research design is cross-sectional with inclusion criteria, namely DMT2 patients aged 40 years and above, and conducting examinations at the Prodia clinical laboratory, Banda Aceh branch, from January to May 2022. Samples were taken by accidental sampling, totaling 59 people. Data were collected by interview and laboratory examination to measure creatinine levels using the automatic analyzer method. The reference value for serum creatinine examination in men is 0,7-1,3 mg/dl and in women 0,6-1,1 mg/dl. Data analysis was done descriptively. Results DMT2 patients aged 40 years and above were predominantly male 55,9%, and the frequency based on age range was mainly between 56-65 years 37,3%. As many as 16,9% of DMT2 patients aged 40 years and over had increased serum creatinine levels, although there were also 83,1% normal creatinine levels. Conclusion DMT2 patients aged 40 years and above are dominant in men compared to women; the increase in creatinine levels do not show such a high value. Keywords Age 40 years and above, diabetes mellitus, DMT2, serum creatinine Abstrak Latar Belakang Diabetes mellitus tipe 2 DMT2 merupakan jenis diabetes yang paling umum dan mempengaruhi lebih dari 90% penderita diabetes. Bertambahnya usia menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat, serta perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh gula dalam darah dan menghambat pelepasan gula yang masuk ke dalam sel karena dipengaruhi oleh insulin. Risiko diabetes mellitus meningkat seiring bertambahnya usia, terutama pada usia 40 tahun keatas. Hal tersebut terjadi karena peningkatan intoleransi gula pada usia 40 tahun keatas. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin serum pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 pada usia 40 tahun keatas. Metode Desain penelitian adalah cross sectional dengan kriteria inklusi yaitu pasien DMT2 berusia 40 tahun keatas, dan melakukan pemeriksaan di laboratorium klinik Prodia cabang Banda Aceh pada Januari sampai Mei tahun 2022. Bagian Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia. E-mail asrijumadewi Bagian Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia. E-mail yantiasyan2017 Bagian Teknologi Laboratorium Medik, Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia. E-mail ffrarahfajarna 4 Prodi D-III Teknologi Laboratorium Medik, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Aceh, Indonesia. E-mail Penulis Koresponding Asri Jumadewi Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh. Jln. Tgk. Mohd. Daud Beureueh, A, Kuta Alam, Kota Banda Aceh 24415, Aceh, Indonesia. E-mail asrijumadewi SAGO Gizi dan Kesehatan 2022, Vol. 41 52-57 © The Authors 2022 Poltekkes Kemenkes Aceh Diterima 19/08/2022 Revisi 02/11/2022 Disetujui 06/12/2022 Diterbitkan 14/12/2022 Jumadewi et al. 53 Kadar kreatinin pasien DMT2 usia 40 tahun keatas.... Sampel diambil secara accidental sampling, berjumlah 59 orang. Pengumpulan data dilakukan wawancara dan pemebriksaan laboratorium untuk mengukur kadar kreatinin yaitu menggunakan metode automatic analyzer. Nilai rujukan untuk pemeriksaan kreatinin serum pada laki-laki 0,7-1,3 mg/dl dan pada perempuan 0,6-1,1 mg/dl. Analisis data dilakukan secara deskriptif. Hasil Pasien DMT2 yang usia 40 tahun keatas lebih dominan berjenis kelamin laki-laki 55,9% serta frekuensi berdasarkan rentang usia yaitu paling banyak antara 56-65 tahun 37,3%. Sebesar 16,9% pasien DMT2 yang usia 40 tahun keatas mengalami peningkatan kadar kreatinin serum, walaupun demikian juga terdapat sebesar 83,1% kadar kreatinin yang normal. Kesimpulan Pasien DMT2 yang berusia 40 tahun keatas dominan pada laki-laki dibandingkan perempuan, peningkatan kadar kreanitin tidak begitu menunjukkan nilai yang tinggi. Kata Kunci Ddiabetes mellitus, DMT2, kreatinin serum, usia 40 tahun keatas Pendahuluan reatinin adalah produk metabolisme endogen otot rangka yang diekskresikan dalam urin dan tidak diserap kembali oleh tubulus ginjal. Kadar kreatinin yang tinggi dan rendah dalam darah menjadi indikator penting dalam menentukan apakah seseorang mengalami gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan melalui serum kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus dapat menggambarkan perjalanan penyakit diabetes yang sudah mengalami komplikasi gagal ginjal Padma et al., 2017 Diabetes Mellitus DM adalah gangguan metabolisme kronis yang disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi insulin sesuai kebutuhan, atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang dihasilkannya secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan gula darah, sehingga terjadi peningkatan gula darah hiperglikemia. Diabetes Mellitus termasuk dalam Penyakit Tidak Menular PTM, yang merupakan penyakit kronis bahkan dianggab sebagai the silent killer Prasetyani & Apriani, 2017. Penyakit PTM ini dapat menyebabkan komplikasi kronis seperti kegagalan fungsi organ dalam tubuh, nefropati diabetik dan progresif kronis yang jika tidak ditangani atau dikontrol dengan baik akan menyebabkan gagal ginjal terminal Arsono, 2010. Kategori DM antara lain Diabetes Mellitus Tipe 1 DMT1, Diabetes Mellitus Tipe 2 DMT2, Diabetes Gestasional terjadi selama kehamilan, dan jenis diabetes lainnya. Diabetes Mellitus tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling umum, mempengaruhi lebih dari 90% penderita diabetes. Kondisi seseorang dengan kadar glukosa darah tinggi sebagai akibat dari gangguan sekresi dan resistensi insulin merupakan kategori DMT2 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2021. Pasien Diabetes Mellitus memiliki kadar gula darah tinggi atau hiperglikemia, kondisi ini menyebabkan dinding pembuluh darah rusak, lemah dan rapuh, sehingga mengakibatkan penyumbatan yang menyebabkan komplikasi mikrovaskular, salah satunya adalah nefropati diabetik. Kondisi hiperglikemik juga berperan dalam pembentukan aterosklerosis. Akibatnya, terjadi penyempitan lumen pembuluh darah dan penurunan kecepatan aliran darah yang menyebabkan berkurangnya suplai darah ke ginjal. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada proses filtrasi pada glomerulus dan penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan kadar urea darah dan kreatinin Melani & Anggita Kartikasari, 2020 Kurniawan, 2019. Bertambahnya usia menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat dan perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh gula dalam darah. Hal ini menghambat pelepasan gula yang masuk ke dalam sel karena dipengaruhi oleh insulin. Faktor usia mempengaruhi penurunan semua sistem tubuh, termasuk sistem endokrin. Selain itu akan menyebabkan kondisi resistensi insulin yang mengakibatkan kadar gula darah tidak stabil sehingga, banyaknya kejadian Diabetes Mellitus salah satunya karena faktor penuaan yang secara degeneratif menyebabkan penurunan fungsi tubuh Sovia et al., 2020; Yusnanda et al., 2018. Sedangkan menurut Tandra, 2018 dan Sovia et al., 2020 peningkatan risiko Diabetes Mellitus seiring bertambah usia, disebabkan oleh peningkatan intoleransi gula pada usia tersebut. Proses penuaan ini akan menyebabkan penurunan kemampuan sel beta pankreas untuk memproduksi insulin. Meningkatnya penderita DM berdasarkan Organisasi Kesehatan Dunia WHO pada tahun 2016 ada 415 juta orang dewasa dengan diabetes, 54 SAGO Gizi dan Kesehatan 41 Juli – Desember 2022 meningkat empat kali lipat dari 108 juta pada tahun 2010. Pada tahun 2040 jumlahnya diperkirakan menjadi 642 juta orang. Persentase orang dewasa dengan diabetes adalah 8,5%. Pada tahun 2015 Indonesia menduduki peringkat ketujuh di dunia untuk prevalensi diabetes tertinggi setelah China, India, Rusia, dan Meksiko dengan perkiraan jumlah penderita diabetes sebanyak 10 juta Kementrian kesehatan Republik Indonesia, 2020 dan Dinas Kesehatan Aceh, 2021. Selain itu tingginya jumlah pasien Diabetes Mellitus setiap tahunnya yang berkunjung ke Laboratorium Klinik Prodia Cabang Banda Aceh. Hal ini dibuktikan dengan data yang diperoleh dari tahun 2019 sebanyak orang, pada tahun 2020 terdapat 956 orang dan pada tahun 2021 dengan pasien Diabetes Mellitus. Kontribusi Laboratorium Klinik Prodia sejak 1991 sampai 2016, telah memberikan kemudahan untuk berkontribusi pada lebih dari penelitian, baik untuk tujuan akademisi, studi epidemiologis maupun untuk publikasi ilmiah Prodia, 2017. Berdasarkan kajian diatas, maka sangat penting untuk mendapatkan gambaran atau profil kadar kreatini serum pada pasien DMT2 yang berusia 40 tahuan keatas. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin serum pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 pada usia 40 tahun keatas. Metode Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan gambaran lengkap kadar kreatinin serum pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 pada usia ≥40 tahun . Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Cabang Banda Aceh. Sampel penelitian berdasarkan kriteria inklusi, yaitu pasien DMT2 yang berusia ≥40 tahun yang melakukan pemeriksaan kadar kreatinin darah. Sampel yang diperoleh sebanyak 59 orang dengan teknik Accidental Sampling, dan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari rekam medis periode Januari sampai Mei 2022. Pengumpulan data meliputi data karakteristik yang dikumpulkan menggunakan form kuesioner dan dilakukan wawancara secara langsung dengan responden. Data kreatinin dikumpulkan melalui pemeriksaan laboratorium. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih dahulu menyediakan lembaran observasi yang dapat dijadikan petunjuk teknis pelaksanaan dan pemeriksaan yang meliputi identitas pasien dan kode sampel di laboraturium. Responden juga diberikan penjelasan informed consent. Pengumpulan data kadar kreatinin dilakukan oleh peneliti sendiri dan dibantu oleh beberapa tenaga analis kesehatan, yang diperoleh melalui pengambilan darah vena mediana cubiti dengan melakukan pemisahan serum dan plasma di ambil serum sebagai pemeriksaan pada pasien diabetes melitus tipe 2. Untuk mengetahui kadar kreatinin digunakan metode automatic analyzer yang dilakukan dilaboraturium Prodia Banda Aceh. Pengolahan data untuk variabel kadar kreatinin serum, yaitu menggunakan nilai rujukan untuk pemeriksaan kreatinin serum untuk laki-laki 0,7-1,3 mg/dl dan perempuan 0,6-1,1 mg/dl. Analisis data hanya dilakukan secara deskriptif. Hasil Hasil penelitian terkait dengan gambaran kadar kreatinin serum pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 DMT2 pada usia 40 tahun keatas, disajikan pada tabel 1 dan gambar 1 berikut ini. Tabel 1. Karakteristik pasien DMT2 usia 40 tahun keatas n= 59 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Berdasarkan hasil penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa subjek penelitian kadar kreatinin serum pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 pada usia 40 tahun keatas, berdasarkan jenis kelamin dominan pada jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 orang 55,9%. Sedangkan berdasarkan kelompok umur, terbanyak pada rentang usia 56-65 tahun sebanyak 22 orang 37,3% dan paling sedikit pada rentang usia 40-45 tahun sebanyak 7 orang 11,9%. Jumadewi et al. 55 Kadar kreatinin pasien DMT2 usia 40 tahun keatas.... Tabel 2. Gambaran kadar kreatinin pada pasien DMT2 usia 40 tahun keatas berdasarkan jenis kelamin Data dalam satuan mg/dl Berdasarkan tabel 2, tergambarkan bahwa rata-rata kreatinin lebih tinggi pada pasien DMT2 berjenis kelamin laki-laki 1,25 mg/dl dibandingkan pasien perempuan 0,84 mg/dl. Begitu juga dengan kadar kreatinin tertinggi, pada laki-laki 4,45 mg/dl lebih besar dibandingkan perempuan 2,92 mg/dl. Gambar 1. Hasil pemeriksaan kadar kreatinin serum pada pasien DMT2 usia 40 tahun keatas n= 59 Setelah dilakukan pemeriksaan kadar kreatinin serum secara laboratorium, diperoleh hasil Gambar 1 bahwa pasien pasien DMT2 usia 40 tahun keatas, diketahui sebanyak 49 orang 83,1% pasien mempunyai kadar kreatinin serum dalam batas normal. Sedangkan hanya terdapat 10 orang 16,9% pasien DMT2 usia 40 tahun keatas yang mengalami peningkatan kadar kreatinin serum. Pembahasan Hasil penelitian telah dilaporkan bahwa, jenis kelamin paling banyak adalah kaum laki-laki. Hal ini menurut penelitian yang ada berdasarkan studi cross-sectional maupun longitudinal telah mengidentifikasi beberapa faktor penyebab risiko kejadian DM antara lain karena peningkatan usia, dan jenis kelamin Arsono, 2010. Begitu pula menurut penelitian lain, bahwa pasien laki-laki mendominasi dengan jumlah 53,3 % Melani & Anggita Kartikasari, 2020. Namun demikian pada perempuan juga sangat besar peluang terjadinya diabetes, apalagi diperburuk oleh kondisi pandemi covid-19. Hal ini harus menjadi perhatian, karena perempuan yang kurang beraktifitas lebih tinggi risiko terjadi diabetes dibandingkan laki-laki yang kurang beraktifitas Al Rahmad, 2021. Berdasarkan usia pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 terbanyak pada rentang usia 56-65 tahun yaitu 37,3%. Data ini sejalan dengan data yang dipublikasikan oleh Riskesdas berdasarkan rangkuman tahun 2013-2018 menunjukkan bahwa pasien Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia lebih banyak menderita pada kelompok usia 55-64 tahun Riskesdas, 2018. Berdasarkan teori yang ada, bahwa individu di atas usia 40 tahun berisiko lebih tinggi terkena Diabetes Mellitus tipe 2 daripada mereka yang lebih muda Lieseke & Zeibig, 2018. Selain itu proses penuaan akan menyebabkan perubahan anatomi, fisiologi, dan kondisi biokimia tubuh dengan meningkatnya resistensi insulin Prasetyani & Apriani, 2017. Hasil penelitian tentang pemeriksaan kadar kreatinin serum pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 usia 40 tahun keatas, didominasi pada kategori normal sebanyak 83,1%. Asumsi peneliti bahwa, dikarenakan pasien Diabetes Mellitus yang berkunjung ke Laboratorium Klinik Prodia Cabang Banda Aceh merupakan pasien DM yang mendapatkan kontrol glikemik yang baik dari dokter sehingga tidak terjadi komplikasi. Sesuai dengan hasil dari food recall selama 24 jam yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, menggambarkan pentingnya diit asupan kalori pada pasien Gangguan Ginjal Kronik GGK pasien DM yang memiliki indeks glikemik yang tinggi karena dapat menaikkan kadar gula darah Chadijah & Wirawanni, 2013. Kadar gula darah yang tidak terkontrol menyebabkan kadar zat lemak dalam darah meningkat sehingga mempercepat arteriosclerosis, yaitu memburuknya aliran darah lebih hebat dari aterosklerosis Widyaningsih et al., 2016. Faktor lain disebabkan pada penderita DM pada beberapa tahun perjalanan penyakit diabet, penderita tidak langsung menyebabkan fungsi penyaringan ginjal menurun, bahkan kemampuan penyaringan ginjal bisa lebih tinggi dari biasanya pada beberapa tahun pertama, sehingga masih tergolong normal Dabla, 2010. 56 SAGO Gizi dan Kesehatan 41 Juli – Desember 2022 Tingginya kategori normal kadar kreatinin pada DMT2 pada penelitian ini juga sejalan dengan penelitian tentang gambaran kadar kreatinin pada pasien DM tipe-2 di Rumah Sakit Otikka Medika Serang Banten, diperoleh kategori normal sebesar 48,2% pada usia 46-65 tahun Melani & Anggita Kartikasari, 2020 dengan rata-rata umur pasien DM adalah 60 tahun Prasetyani & Apriani, 2017. Faktor penuaan secara degeneratif menyebabkan penurunan fungsi tubuh Edwina et al., 2015. Meningkatnya kadar kreatinin yang ditemukan pada pasien DM menurut hasil pemeriksaan di laboratorium pada Tabel 2, meningkat sebanyak 16,9%. Hal ini terjadi akibat menurunnya fungsi ginjal hingga 50% dari kapasitas fungsionalnya pada usia ≥40 tahun. Oleh karena, berkurangnya populasi nefron dan kemampuan regenerasi yang menyebabkan kadar kreatinin meningkat dan kemampuan filtrasi tidak lagi sempurna dalam proses fisiologis Melani & Anggita Kartikasari, 2020. Pada penderita DM berisiko terhadap ginjal yang akan cenderung rusak karena Kadar Gula Darah KGD yang tinggi Kamińska et al., 2020. Ditambah lagi, kejadian dislipidemia dan inflamasi juga dapat terjadi pada penderita DMT2 karena kemampuan penurunan suplai darah ke ginjal yang mengakibatkan gangguan Glomerulus Filtration Rate GFR diikuti dengan peningkatan Blood Urea Nitrogen BUN dan Serum Creatinine SC Widyaningsih et al., 2016. Mengukur kemampuan fungsi ginjal dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar kreatinin untuk meninjau laju filtrasi glomerulus pada penderita DM Dabla, 2010. Kejadian gagal ginjal terminal akibat denaturasi protein penderita DM bukan saja akibat tingginya KGD dalam darah hiperglikemia tetapi juga akibat hipertensi intraglomerulus Arsono, 2010. Kesimpulan Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 DMT2 yang berusia 40 tahun keatas dominan pada laki-laki dibandingkan perempuan. Terjadi peningkatan kadar kreanitin tidak begitu menunjukkan nilai yang tinggi pada pasien DMT2. Saran, penelitian ini dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan kadar ureum pada penderita DM untuk melengkapi diagnosa laboratorium dalam mengindikasikan fungsi laju filtrasi glomerulus pada ginjal pasien. Deklarasi Konflik Kepentingan Penulis telah menyatakan bahwa pada artikel ini tidak ada maupun terdapat potensi konflik kepentingan baik dari penulis maupun instansi sehubungan dengan penelitian yang telah dilakukan, baik berdasarkan kepengarangan, maupun publikasi. Ucapan Terima Kasih Terima kasih disampaikan kepada Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Ketua Jurusan Teknologi Laboratorium Medik, Ketua Prodi Teknologi Laboratorium Medik dan Laboratorium Mikrobiologi yang juga telah memberikan izin dalam melakukan penelitian ini. Daftar Rujukan Al Rahmad, A. H. 2021. Several risk factors of obesity among female school teachers and relevance to non-communicable diseases during the Covid-19 pandemic. Amerta Nutrition, 51, 31–40. Arsono, S. 2010. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Diponegoro University Institutional Repository UNDIP-IR, 752, 27–31. Chadijah, S., & Wirawanni, Y. 2013. The Differences In Nutrion Status, Ureum, and Creatinin Levels Among Chonic Renal Failure With Diabetes Mellitus and Non Diabetic Patient in RSUD Abidin Banda Aceh. Journal of Nutrition and Health. Dabla, P. K. 2010. Renal Function in Diabetic Nephropathy. World Journal of Diabetes, 12, 48. Dinas Kesehatan Aceh. 2021. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2020. Kementerian Kesehatan RI. Edwina, D. A., Manaf, A., & Efrida, E. 2015. Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari 2011 - Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 41, 102–106. Kamińska, J., Dymicka-Piekarska, V., Tomaszewska, Jumadewi et al. 57 Kadar kreatinin pasien DMT2 usia 40 tahun keatas.... J., Matowicka-Karna, J., & Koper-Lenkiewicz, O. M. 2020. Diagnostic Utility of Protein to Creatinine Ratio P/C ratio in Spot Urine Sample Within Routine Clinical Practice. Critical Reviews in Clinical Laboratory Sciences, 575, 345–364. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020. In IT - Information Technology Vol. 48, Issue 1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. 2020. Penyakit Tidak Menular Kini Ancam Usia Muda. Kemenkes RI. Kurniawan, F. B. 2019. Kimia Klinik Praktikum Analis Kesehatan. EGC. Lieseke, C. L., & Zeibig, E. A. 2018. Buku Ajar Laboratorium Klinis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Melani, E. M., & Anggita Kartikasari, L. 2020. Gambaran Kadar Ureum Kreatinin Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 di RS Otikka Medika Serang Banten. Jurnal INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha, 42, 12–22. Padma, I. G. A. P. W. S., Arjani, I. A. M. S., & Jirna, I. N. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. Meditory The Journal of Medical Laboratory, 52, 107–117. Prasetyani, D., & Apriani, E. 2017. Karakteristik Pasien Diabetes Melitus Tipe Ii Di Puskesmas Cilacap Tengah 1 Dan 2. Bidan Prada, Jurnal Kebidanan AKBID YLPP PURWOKERTO, 42–58. Prodia. 2017. Prodia Penunjang Penelitian. Prodia. Riskesdas. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Sovia, S., Damayantie, N., & Insani, N. 2020. Determinan Faktor Prediabetes di Kota Jambi Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 203, 983. Tandra, H. 2018. Dari Diabetes Menuju Ginjal Petunjuk Praktis Mencegah dan Mengalahkan Sakit Ginjal Dengan Diet Benar dan Hidup Sehat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Widyaningsih, M. A., Lestari, A. W., & Yasa, I. W. P. S. 2016. Analisis Perbedaan Kadar Blood Urea Nitrogen Bun Dan Kadar Serum Creatinine Sc Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Dengan Profil Lipid Normal Dan Dislipidemia Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Periode Januari-Desember 2014. E-JURNAL MEDIKA, 510, 1–7. Yusnanda, F., Rochadi, R. K., & Maas, L. T. 2018. Pengaruh Kebiasaan Makan Terhadap Kejadian Diabetes Mellitus Pada Pra Lansia Di Blud Rsu Meuraxa Kota Banda Aceh. Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 12, 153–158. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this spot random urine protein to creatinine ratio P/C ratio is an alternative, fast and simple method of detecting and estimating the quantitative assessment of proteinuria. The aim of the work was to review the literature concerning the usefulness of spot urine P/C ratio evaluation in the diagnosis of proteinuria in the course of kidney disease, hypertension, gestational hypertension, preeclampsia, immunological diseases, diabetes mellitus, and multiple myeloma, and in the diagnosis of proteinuria in children. We searched the PubMed and Google Scholar databases using the following keywords proteinuria, spot urine protein to creatinine ratio, spot urine P/C ratio, protein creatinine index, PCR protein to creatinine ratio, P/C ratio and methods, Jaffe versus enzymatic creatinine methods, urine protein methods, spot urine protein to creatinine ratio versus ACR albumin to creatinine ratio, proteinuria versus albuminuria, limitations of the P/C ratio. More weight was given to the articles published in the last 10–20 years. A spot urine P/C ratio >20 mg/mmol mg/mg is the most commonly reported cutoff value for detecting proteinuria, while a P/C ratio value >350 mg/mmol mg/mg confirms nephrotic proteinuria. The International Society for the Study of Hypertension in Pregnancy recommends a P/C ratio of 30 mg/mmol mg/mg for the classification of proteinuria in pregnant women at risk of preeclampsia. A high degree of correlation was observed between P/C ratio values and the protein concentration in 24-h urine collections. The spot urine P/C ratio is a quick and reliable test that can eliminate the need for a daily 24-h urine collection. However, in doubtful situations, it is still recommended to assess proteinuria in a 24-h urine collection. The literature review indicates the usefulness of the spot P/C ratio in various disease states; therefore, this test should be available in every laboratory. However, the challenge for the primary care physician is to know the limitations of the methods used to determine the protein and creatinine concentrations that are used to calculate the P/C ratio. Moreover, the P/C ratio cutoff used should be determined in individual laboratories because it depends on the patient population and the laboratory ArjaniBackground Diabetes mellitus DM is a metabolic disease which characterized by hyperglycemia due to abnormalities insulin secretions, insulin performance, or both of them. The condition of insulin resistance in DM type 2 causes chronic complications such as diabetic nephropathy. It has become the second leading cause of end-stage kidney disease, and one of the most common and demaging complication of diabetes. The level of creatinine in blood is one of the parameters used to assess renal function, as in the plasma concentration and excretion in the urine within 24 hours. Serum creatinine levels greater than the normal value suggests an impaired renal function. Objective The purpose of this study was to determine serum creatinine levels in patients with DM type 2 in Sanglah General Hospital Denpasar. Methods The method uses an analytical study with description, used accidental sampling methods, involving 30 patients with DM type 2. Blood samples were analyzed for creatinine levels and data are presented as table. The reslts of this study showed that 60% samples had high levels of serum creatinine, 30% samples had normal levels serum creatinine, and 10% samples had low levels serum creatinine. From the result was concluded, most patients with DM type 2 in Sanglah Genaral Hospital have highly serum creatinine levels. Keywords creatinine serum, DM type 2Febri YusnandaR. Kintoko RochadiLinda T. MaasMenurut data WHO, 171 juta penderita Diabetes Mellitus dan akan meningkat dua kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi Diabetes Mellitus di Indonesia mencapai jumlah yang diproyeksikan mencapai pada tahun 2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. Diabetes Mellitus merupakan salah satu masalah kesehatan yang besar didunia, Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam data pada tahun 2017 dari bulan Januari sampai April, terdapat Pra Lansia 45-59 yang mengalami DM sebanyak orang. Sedangkan di BLUD RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh jumlah Pra Lansia 45-59 yang mengalami Diabetes Mellitus tipe I dan II adalah 484 orang. Aceh masuk dalam daftar sembilan besar daerah Indonesia yang penduduknya banyak menderita penyakit DM. Diabetes Mellitus DM merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah akibat gangguan pada sekresi insulin, kerja atau keduanya. Adapun tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh kebiasaan makan, aktivitas fisik, dan riwayat keturunan terhadap kejadian Diabetes Mellitus pada Pra Lansia di BLUD RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh tahun penelitian adalah analitik observasional desain case control. Sampel penelitian sebanyak 61 kasus dan 61 kontrol. Pengumpulan data dengan kuesioner. Analisis data dilakukan secara bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh kebiasaan makan p=<0,001 OR = 5,067 95%CI 2, bahwa lansia yang mempunyai kebiasaan makan lebih mempunyai risiko 5 kali akan menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan lansia yang mempunyai kebiasaan makan cukup. Kata kunci Diabetes Mellitus, kebiasaan makanMario Beyer Richard LenzKlaus A KuhnHospital Information Systems have been emerging towards Health Information Systems HIS for more than a decade. Systems have spread across institutional borders, and regional health networks are being supported. Furthermore, E-Health is starting to become a reality. In the same time, HIS functionality has significantly improved systems have become by far more comprehensive, providing essential information and knowledge to health care professionals, supporting quality management, improving patient safety, and providing means to inform patients. Old and new problems, however, remain to be solved, and significant challenges exist. Among them are the need for flexibility, extensibility, seamless integration, and adaptation to work processes. Health Information Systems need to cope with change and with the evolution of medical concepts. Continuous quality improvement of distributed health care processes needs to be supported. The underlying IT infrastructure has to gradually overcome semantic heterogeneity of systems, and to provide support for inter-institutional workflow. In this article, we will present both challenges and architectural approaches for future HIS. Pradeep DablaDiabetic nephropathy is the kidney disease that occurs as a result of diabetes. Cardiovascular and renal complications share common risk factors such as blood pressure, blood lipids, and glycemic control. Thus, chronic kidney disease may predict cardiovascular disease in the general population. The impact of diabetes on renal impairment changes with increasing age. Serum markers of glomerular filtration rate and microalbuminuria identify renal impairment in different segments of the diabetic population, indicating that serum markers as well as microalbuminuria tests should be used in screening for nephropathy in diabetic older people. The American Diabetes Association and the National Institutes of Health recommend Estimated glomerular filtration rate eGFR calculated from serum creatinine at least once a year in all people with diabetes for detection of kidney dysfunction. eGFR remains an independent and significant predictor after adjustment for conventional risk factors including age, sex, duration of diabetes, smoking, obesity, blood pressure, and glycemic and lipid control, as well as presence of diabetic retinopathy. Cystatin-C Cys C may in future be the preferred marker of diabetic nephropathy due differences in measurements of serum creatinine by various methods. The appropriate reference limit for Cys C in geriatric clinical practice must be defined by further research. Various studies have shown the importance of measurement of albuminuria, eGFR, serum creatinine and hemoglobin level to further enhance the prediction of end stage renal risk factors of obesity among female school teachers and relevance to non-communicable diseases during the Covid-19 pandemicAl RahmadAl Rahmad, A. H. 2021. Several risk factors of obesity among female school teachers and relevance to non-communicable diseases during the Covid-19 pandemic. Amerta Nutrition, 51, Melitus Sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal TerminalS ArsonoArsono, S. 2010. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Risiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Diponegoro University Institutional Repository UNDIP-IR, 752, Differences In Nutrion Status, Ureum, and Creatinin Levels Among Chonic Renal Failure With Diabetes Mellitus and Non Diabetic Patient in RSUD drS ChadijahY WirawanniChadijah, S., & Wirawanni, Y. 2013. The Differences In Nutrion Status, Ureum, and Creatinin Levels Among Chonic Renal Failure With Diabetes Mellitus and Non Diabetic Patient in RSUD Abidin Banda Aceh. Journal of Nutrition and Kinerja Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2020Dinas Kesehatan Aceh. 2021. Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Aceh Tahun 2020. Kementerian Kesehatan A EdwinaA ManafE EfridaEdwina, D. A., Manaf, A., & Efrida, E. 2015. Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari 2011 -Desember 2012. Jurnal Kesehatan Andalas, 41, 102-106.
Sampelpenelitian menggunakan teknik sampling accidental sampling. Sampel penelitian adalah penderita Diabetes mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2017 yaitu berjumlah 66 penderita. Pengukuran kadar kreatinin menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 penderita, ditemukan sebanyak 17 orang (25,8%) dengan kadar kreatinin tinggi dan 49 orang (74,2%) dengan kadar kreatinin normal. Dublin Core Title GAMBARAN KADAR KREATININ PADA PENDERITA Diabetes Mellitus di RS BHAYANGKARA PALEMBANG TAHUN 2017 Subject Kadar kreatinin, penderita Diabetes mellitus, fungsi ginjal Description Diabetes mellitus DM adalah penyakit kronik yang terjadi karena pankreas mengalami penurunan produksi insulin, atau tidak mampu menggunakannya secara efektif. Dengan adanya penurunan maka ini menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah ini disebut dengan hiperglikemi. Hiperglikemi seiring waktu dapat memberi kerusakan pada ginjal, jantung, pembuluh darah, dan peningkatan sakit jantung dan stroke. Diabetes juga salah satu penyebab gagal ginjal. Gagal ginjal adalah ketika ginjal berhenti bekerja sisa-sisa metabolisme tidak bisa dikeluarkan lagi dari darah. Untuk menilai fungsi ginjal dilakukan tes fungsi ginjal yaitu pemeriksaan kadar kreatinin serum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin pada penderita Diabetes mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian menggunakan teknik sampling accidental sampling. Sampel penelitian adalah penderita Diabetes mellitus di Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2017 yaitu berjumlah 66 penderita. Pengukuran kadar kreatinin menggunakan alat Clinical Chemistry Analyzer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 66 penderita, ditemukan sebanyak 17 orang 25,8% dengan kadar kreatinin tinggi dan 49 orang 74,2% dengan kadar kreatinin normal. Berdasarkan jenis kelamin, responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan kadar kreatinin tinggi yaitu sebanyak 6 orang 20,7% dan jenis kelamin perempuan sebanyak 11 orang 29,7%; berdasarkan umur, responden yang memiliki umur kategori berisiko dengan kadar kreatinin tinggi yaitu sebanyak 16 orang 26,7% dan responden dengan kategori tidak berisiko sebanyak 1 orang 16,7%; berdasarkan lama menderita, responden yang lama menderita kategori berisiko dengan kadar kreatinin tinggi sebanyak 6 orang 27,3% dan responden dengan kategori tidak berisiko sebanyak 11 orang 25,0%; dan berdasarkan terkontrolnya pengobatan, responden dengan terkontrolnya pengobatan kategori tidak terkontrol sebanyak 10 orang 38,5% dan responden dengan kategori terkontrol sebanyak 7 orang 17,5%. Disarankan bagi penderita Diabetes mellitus melakukan pemeriksaan rutin sehingga penyakit DM yang diderita dapat dipantau dan dikontrol. Publisher POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG Contributor DIAH NAVIANTI,AMAK Document ViewerDiabetesmellitus is a group of chronic diseases marked by enhancement blood sugar levels (hyperglikemic) in the blood as a result of disrustion in the body's metabolic system. examination of creatinin levels on patiens with diabetes mellitus is to detect abnormalities in the kidney, which is a complication of diabetes mellitus.
ABSTRAK Diabetes Mellitus DM merupakan penyakit yang terjadi karena kelainan sekresi insulin. Komplikasi akan timbul bila DM tidak dikendalikan dengan baik. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita DM yaitu nefropati diabetik, yang berdampak pada kerusakan ginjal. Pengaturan kadar glukosa darah yang terkontrol dengan baik dapat mencegah kerusakan pada ginjal. Pengendalian DM dapat dipantau dengan mengukur kadar hemoglobin glikosilasi HbA1c. Pengukuran kadar ureum dan kreatinin serum dapat digunakan untuk menilai fungsi ginjal pada penderita DM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rata-rata kadar ureum dan kreatinin serum pada penderita DM dengan nilai HbA1c >8% serta hubungan kadar ureum dan kreatinin serum dengan nilai HbA1c. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 60 penderita DM dengan nilai HbA1c >8%, terdiri dari 30 pasien perempuan dan 30 pasien laki-laki dari RS Muhammadiyah Bandung. Dari hasil penelitian didapatkan rata-rata kadar ureum penderita DM perempuan dengan nilai HbA1c >8% sebesar 44,1 mg/dL dan laki-laki sebesar 44,8 mg/dL, rata-rata kadar kreatinin penderita DM perempuan sebesar 1,4 mg/dL dan laki-laki sebesar 1,7 mg/dL. Berdasarkan uji Pearson Correlation, tidak terdapat hubungan antara kadar ureum dengan HbA1c pada perempuan, namun terdapat hubungan yang cukup kuat antara kadar ureum dengan HbA1c pada laki-laki r = 0,475. Berdasarkan uji Spearman’s Correlation, tidak terdapat hubungan antara kreatinin dengan HbA1c pada perempuan maupun laki-laki. Saran untuk penelitian selanjutnya agar mengkriteriakan sampel penelitian berdasarkan variasi nilai HbA1c, lamanya menderita DM dan memperhatikan obat-obatan yang dikonsumsi pasien. PerbedaanKadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta The Difference of Hb Levels Pre and Post Hemodialysis in Chronic Renal Failure Patients at PKU Muhammadiyah Hospital Yogyakarta. 7(1), 29-33. Utami, P. R., & Fuad, K. (2018). GAMBARAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PENDERITA DIABETES. 5. Setiap orang memiliki tingkat normal kreatinin yang berbeda-beda, tergantung berat badan, massa otot, usia, dan jenis kelamin. Umumnya tingkat normal kreatinin pada pria sekitar 0,6 sampai 1,2 mg/dl. Sementara tingkat normal kreatinin pada wanita sekitar 0,5 sampai 1,1 mg/dl. Untuk mengetahui tingkat kreatinin di dalam tubuh, dokter akan merekomendasikan uji kreatinin lewat tes darah tes kreatinin serum untuk mengukur kadar kreatinin dalam darah dan tes urin untuk mengukur jumlah kreatinin dalam urin. Uji kreatinin umum digunakan untuk mendiagnosis penurunan fungsi ginjal. Jumlah kreatinin yang dihasilkan tubuh per harinya seharusnya cenderung stabil jika fungsi penyaringan ginjal berjalan baik. Namun, kadar kreatinin umum mengalami sedikit perubahan dalam satu hari; terendah pada pukul 7 pagi dan tertinggi pada pukul 7 malam. Lalu, apa artinya jika hasil uji kreatinin rendah? Hasil uji kreatinin rendah dapat menandakan sejumlah kondisi. Beberapa termasuk perubahan tubuh yang wajar dan alami, sementara yang lain mungkin membutuhkan perhatian medis lanjutan. Beberapa kemungkinan kondisi yang bisa menyebabkan kadar kreatinin rendah dalam tubuh adalah 1. Penyusutan massa otot distrofi otot Penyusutan massa otot umumnya merupakan perubahan tubuh alami seiring bertambahnya usia. Namun, masalah ini juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan yang disebut distrofi otot. Distrofi otot adalah mutasi genetik yang mengakibatkan hilangnya massa otot secara progresif sehingga membuat otot makin lama semakin lemah. Seseorang pengidap distrofi otot bisa tidak memiliki otot sama sekali pada stadium akhir penyakit ini. Selain kadar kreatin yang rendah, pengidap distrofi otot juga akan merasakan gejala seperti kelemahan, nyeri, dan kekakuan pada ototnya yang membuat sulit untuk bergerak bebas. 2. Penyakit hati Kreatinin diproduksi di dalam hati. Ketika fungsi hati Anda terganggu, misalnya akibat penyakit hati kronis, produksi kreatinin bisa menurun sampai 50 persen. Gejala utama yang ditimbulkan dari kerusakan hati adalah perut sakit dan membengkak, penyakit kuning putih mata, kuku, dan kulit menguning, serta feses berwarna pucat dan berdarah. 3. Hamil Selain karena penyakit, jika Anda perempuan usia subur hasil uji kreatinin yang rendah bisa menandakan bahwa jika Anda sedang hamil. Kadar kreatinin akan menurun secara alami, dan akan kembali normal setelah melahirkan. 4. Sedang menjalani diet Kadar kreatinin rendah dalam tubuh juga bisa berarti Anda seorang vegetarian, atau sedang menjalani pola diet tinggi serat yang kaya buah dan sayuran. Vegetarian cenderung memiliki kadar kreatinin yang lebih rendah dibanding orang yang makan daging. Pasalnya, kreatinin akan cenderung tinggi setelah mengonsumsi sumber protein hewani dalam porsi besar. Jika hasil uji kreatinin Anda rendah, dokter akan menyarankan Anda melakukan tes lanjutan, seperti biopsi otot atau tes enzim otot untuk memeriksa kemungkinan kerusakan otot serta tes fungsi hati. KADARUREUM DAN KREATININ SERU Tampilan Petugas; Koleksi Nasional; Sitasi Cantuman; Kirim via Email; Export to EndNote; Favorit; KADAR UREUM DAN KREATININ SERUM PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DENGAN NILAI HbA1c >8% . Tersimpan di: Main Author: Penulis : ANGGIE CITRA KHARISMA Pembimbing : Dr. Ani Riyani, M.Kes Ketua : Dr. Ani Riyani, M DAFTAR PUSTAKA Hasdianah, 2012. Mengenal Diabetes Mellitus Pada Orang Dewasa dan Anak-Anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta Nuha Medika Riskesdas 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI Tahun 2013 Price, dan Wilson. 2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol 2. Jakarta EGC Mahara, 2016. Hubungan Kadar Kreatinin Serum Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rsud Dr. Sayidiman Kabupaten diakses tanggal 22 November 2016. Pratama, 2013. Korelasi Lama Diabetes Melitus Terhadap Kejadian Nefropati Diabetika Studi Kasus di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. Jurnal Media Medika Muda 11-7 Guyton, dan Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta EGC Smeltzer, 2014. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 12. Jakarta EGC Alfonso, A A., Mongan, dan Memah. 2016. Gambaran Kadar Kreatinin Serum Pada Pasien Penyakit Ginjal KronikStadium 5 Non Dialisis. Jurnal e-Biomedik 41 178-183 Rehman G., Khan, dan Hamayun M. 2008. Studies on diabetic nephropathy and secondary diseases in type 2 diabetes. Int. J. Diab. Dev. Ctries 25 25-29. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi Cetakan Kedua. Jakarta Rineka Cipta. Ramadhan, N., dan N. Marissa. 2015. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Berdasarkan Kadar Hba1c Di Puskesmas Jayabaru Kota Banda Aceh. SEL 22 49-56. Launteria, M. 2009. Faktor yang Berhubungan denganPengendalian Gula Darah padaPenderita Diabetes Mellitusdi Perkotaan Indonesia. Maj Kedokt Indon 599 418-423. Betteng, R., D. Pangemanan, dan N. Mayulu. 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Wanita Usia Produktif Dipuskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik eBM 22 404-412. Amira, N., K. Pandelaki, S. Palar. 2013. Hubungan Tekanan Darah Dan Lama Menderita Diabetes Dengan Laju Filtrasi Glomerulus Pada Subjek Diabetes Melitus Tipe 2 [skripsi]. Manado Fakultas Kedokteran, Universitas Sam Ratulangi. Pabateh, E., S. Efendi, dan A. Ayumar. 2015. Perbedaan Kadar Kreatinin Serum Dengan Kadar Gula Darah Yang Terkontrol Dan Tidak Terkontrol Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Tk II Pelamonia Makassar [skripsi]. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIK Makasar. American Diabetes Association 2010. Position statement Standards of Medical Care in Diabetes 2010. Diab Care 33 Rehman G., Khan, dan Hamayun M. 2008. Studies on diabetic nephropathy and secondary diseases in type 2 diabetes. Int. J. Diab. Dev. Ctries 25 25-29. Prayuda, R. 2016. Hubungan Kadar Kreatinin Serum Dengan Mikroalbuminuria Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Di Rumah Sakit Umum Daerah H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. diakses tanggal 22 November 2016 Suryawan, 2016. Gambaran Ureum dan Kreatinin Serum Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Sebelum Menjalani Jadwal Hemodialisa di RSUD Sanjiwani Gianyar. Meditory 42 145-153. Dabla, 2010. Renal Function in Diabetic Nephropathy. World Journal of Diabetes 12 48-56. Sahid, QAU. 2012. Hubungan Lama Diabetes Melitus Dengan Terjadinya Gagal Ginjal Terminal Di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta [skripsi]. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. Saranya, M. dan Nithiya T. 2015. Evaluation of Relationship Between Renal Abnormalities and Dyslipidemia on Type 2 Diabetes mellitus. WJPPS. 4823-33 Diabetesmelitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi batas normal. Salah satu dampak penyakit diabetes melitus adalah gangguan pada fungsi ginjal, yang ditandai oleh kenaikan kadar ureum dan kadar kreatinin dalam darah. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada 55 orang penderita diabetes melitus di RS Qadr pada bulan Oktober 2017. Background People with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia continue to increase in prevalence. Understanding of complications due to this disease, one of which is diabetic nephropathy or damage to kidney nephrons. Objective To determine the relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method This study was an observational experiment using a cross sectional approach based on secondary data. The research was carried out in February to April 2020. The population of this research study is a member of Prolanis Chronic Disease Management Advanced Program in Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sample with 24 patients. Analysis of data using the Spearman’s test. Results From the results of the normality test using the Shapiro Wilk test data obtained were not normally distributed so that continued with the Spearman rank test obtained r of and p values with sig. 2-tailed of or> H0 received. This means that there is no relationship between HbA1c levels and blood creatinine levels in patients with type 2 DM. Conclusion There is no relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PUINOVAKESMAS No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 ISSN 2746-7430 Online 84 puinovakesmas Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan Diabetes Mellitus tipe 2 Putri Nur Cahyani a,, 1*, Atik Martsiningsih a, 2, Budi Setiawan a,b, 3 a Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Jl Ngadinegaran MJIII No 62 Yogyakarta 55141 b PUI Novakesmas, Jl Tata Bumi No 3 Sleman 55293 1 pcahyani26 atikskripsikti20 *korespondensi penulis Sejarah artikel Diterima Revisi Dipublikasikan 5 Maret 2021 7 Maret 2021 8 Maret 2021 Latar Belakang Prevalensi Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia terus meningkat. Pengertian komplikasi akibat penyakit ini, salah satunya adalah nefropati diabetik atau kerusakan nefron ginjal. Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Metode Penelitian ini merupakan eksperimen observasional dengan pendekatan cross sectional berdasarkan data sekunder. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2020. Populasi penelitian ini adalah anggota Prolanis Program Lanjutan Penanggulangan Penyakit Kronis di Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sampel dengan 24 pasien. Analisis data menggunakan uji Spearman. Hasil Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan Shapiro Wilk test diperoleh data tidak berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan uji rank spearman diperoleh r sebesar -0,006 dan nilai p dengan sig. 2-tailed 0,961 atau> 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Kesimpulan Tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Kata kunci Diabetes Mellitus Tipe 2 Glukosa darah HbA1c Kreatinin Key word Type 2 Diabetes Mellitus Blood glucose HbA1c Creatinine The relationship of HbA1c levels with creatinin levels in Diabetes Mellitus Type 2 patients. Background People with Type 2 Diabetes Mellitus in Indonesia continue to increase in prevalence. Understanding of complications due to this disease, one of which is diabetic nephropathy or damage to kidney nephrons. Objective To determine the relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. Method This study was an observational experiment using a cross sectional approach based on secondary data. The research was carried out in February to April 2020. The population of this research study is a member of Prolanis Chronic Disease Management Advanced Program in Gamping 1 Puskesmas Sleman Yogyakarta. Sample with 24 patients. Analysis of data using the Spearman’s test. Results From the results of the normality test using the Shapiro Wilk test data obtained were not normally distributed so that continued with the Spearman rank test obtained r of and p values with sig. 2-tailed of or> H0 received. This means that there is no relationship between HbA1c levels and blood creatinine levels in patients with type 2 DM. Conclusion There is no relationship between HbA1c levels and creatinine levels in patients with Type 2 Diabetes Mellitus. ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 85 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 This is an openaccess article under the CC–BY-SA license. Pendahuluan Prevalensi dari penyakit Diabetes Mellitus DM semakin meningkat terutama di negara yang sedang berkembang Arisman, 2008. Pada tahum 2024 penderita diabetes diprediksi mencapai 692 juta jiwa. Angka ini berdasarkan catatan International Diabetes Federation IDF pada 2015 yang menyebut jumlah penderita diabetes mencapai 415 juta jiwa, kemudian pada tahun 2017 mencapai 425 juta. Di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Riskesdas dari tahun 2013 hingga 2018 prevalensi Diabetes Melitus DM meningkat dari menjadi %, yang artinya terdapat juta penduduk menderita DM. Penyakit Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang tidak dapat disembuhkan, namun kadar glukosa dalam darah dapat dikendalikan agar tetap pada ambang batas normal. Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan diabetes yang prevalensinya tinggi. Diabetes tipe 2 ini dapat terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, selain dari faktor keturunan, DM tipe 2 berkembang sangat lambat dan tidak mutlak memerlukan suntikan insulin karena pankreasnya masih menghasilkan insulin. Tipe DM ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi diantaranya komplikasi pada syaraf, koma hiperglikemi, koma hipoglikemi, komplikasi pada mata, luka yang sulit sembuh, dan komplikasi pada ginjal. Penderita diabetes mellitus mempunyai kecenderungan menderita nefropati 17 kali lebih sering dibandingkan dengan orang non-diabetik. Kerusakan pada ginjal tersebut dapat didiagnosa dengan pemeriksaan tes fungsi ginjal, salah satunya adalah pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah. Pemeriksaan kadar kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai fungsi ginjal, karena konsentrasi dalam plasma dan ekskresinya di urin dalam 24 jam relatif konstan. Pemeriksaan kreatinin ini, sangat membantu kebijakan melakukan terapi pada penderita gangguan fungsi ginjal. Kadar normal dari kreatinin adalah 0,05 dan kadar kreatinin dengan signifikansi = 0,000 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Menurut analisis statistik yang dilakukan data pada penelitian ini tidak normal, dilihat dari nilai kadar HbA1c dengan signifikansi = 0,458 >0,05 dan kadar kreatinin dengan signifikansi = 0,000 0,05 H0 diterima. Artinya tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Apabila mengacu pada analisis statistik tersebut tidak adanya hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah diakibatkan karena penderita DM Tipe 2 yang menjadi sampel dala penelitian ini melakukan kontrol HbA1c dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan rutin melakukan pemeriksaan glukosa darah setiap bulan dan melakukan medical check up setiap 6 bulan sekali untuk diukur kadar HbA1c, kreatinin darah, ureum darah, kolesterol total, HDL - kolesterol, LDL - kolesterol, trigliserida, mikroalbumin kuantitatif, dan pemeriksaan urin. Dengan rutin melakukan medical check up tersebut maka dapat dilakukan kontrol terhadap penderita. Penderita DM Tipe 2 tersebut juga selalu rutin mengkonsumsi obat - obatan diantaranya Metformin dan Glimepirid sehingga glukosa darah dapat dikontrol dengan baik. Apabila dilakukan kontrol HbA1c yang baik maka kemungkinan terjadinya komplikasi ginjal atau nefropati diabetik dapat diminimalisir. Karena dengan terkontrolnya glukosa dalam darah maka kerja dari ginjal tidak menjadi berat dan dapat terjadi kerusakan pada nefron apabila hal tersebut terjadi secara terus - menerus. Dibuktikan dengan penelitian ini bahwa kegiatan prolanis untuk mengontrol kadar gula darah secara rutin dapat meminimalisir adanya kejadian nefropati diabetik. Hasil dari penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Vithiavathi Sivasubramanian, Karthik Jetty, S. Senthil Kumar 2019. Yang menunjukkan adanya korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita DM tipe 2. Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa faktor diantaranya wilayah penelitian yang berbeda yaitu di India dan di Indonesia. Subyek yang dipilih oleh peneliti juga berbeda kriterianya. Subyek yang diambil oleh peneliti adalah kelompok anggota prolanis yang sudah ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 91 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 dikontrol setiap bulan. Sedangkan hasil dari penelitian ini sama dengan penelitian milik Fernando Ferino 2017. Yang menunjukkan tidak terdapat korelasi antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah. Kelemahan dari penelitian ini adalah perlunya ditambahkan parameter lain untuk pemeriksaan tes fungsi ginjal agar benar - benar didapatkan hasil yang akurat mengenai adanya kerusakan ginjal atau komplikasi nefropati diabetik. Parameter lain tersebut diantaranya ureum, mikroalbumin urin, dan kreatinin urin untuk tes fungsi ginjal. Penelitian ini dilakukan saat adanya pandemi Covid-19 sehingga dalam pelaksanaannya kurang maksimal. Kesimpulan Dari penelitian ini disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kadar HbA1c dengan kadar kreatinin darah pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Perlu dilakukan penelitian kelanjutan dengan parameter lain yaitu ureum, mikroalbumin urin, dan kreatinin urin untuk tes fungsi ginjal, sehingga diketahui adanya risiko nefropati diabetik. Daftar Pustaka 1. Anggun, 2012. Hubungan Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro. 2. Arsono, Soni. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Universitas Diponegoro. Semarang. 3. David C end Dugdale. Creatinine blood from https// Gov /Medlineplus/ency/article/ Tanggal 3 Januari 2019. 4. Dorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, 1003. 5. Elizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya Media. 6. Guyton and Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta EGC. 7. I Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma, dkk. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 – 1159, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 111 Hlm. 107 – 11. 8. Kara A. Renal function. Clinical chemistry. 6th ed. Philadephia Wlters Kluwer;2012. 9. Kartika, .2006. Dinamika emosi kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus. Journal. Universitas Gajah Mada. 10. Kee JL., 2008. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik Cetakan I Edisi 6. Jakarta ECG. 11. Maulina, Sri Septi. 2016. Korelasi antara Kadar Glukosa Darah dengan Kadar Kreatinin Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rsud Surakarta. Tugas Akhir Universitas Setia Budi Surakarta. 12. McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes. 13. Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta. 14. Nugraha, Gilang 2015. Panduan Pemeriksaan Laboratorium Hematologi Dasar. Jakarta CV Trans Info Medika. 15. Perkeni, 2006, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia 2006, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, Jakarta. 16. Rinda A. 2015. Pengaruh konsentrasi asam pikrat pada penentuan kreatinin menggunakan sequential injection analysis. Jurnal Kimia. 12 587 – 591. 17. Depkes, 2008. Riset kesehatan dasar RISKESDAS 2007. Jakarta Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 18. Rochmah, Diabetes melitus pada Usia Lanjut. InSudoyo dkk ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 19. Sacher, Ronald A dan Richard A. McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Alih bahasa Brahm dan Dewi Wulandari. Jakarta EGC. 20. Sacher, A Ronald. 2012. Tinjauan Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Jakarta EGC. 21. Sari, Putri Noviana. 2019. Gambaran Kadar Kreatinin pada Serum Deproteinasi dan Non - Deproteinasi dengan Metode Jaffe Reaction. Karya Tulis Ilmiah Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta. 22. Soegondo, Sidartawan, Pradana Soewondo, Imam Subekti, ed. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta Balai Penerbit FKUI; 2004. 23. Soewondo P, 2009., Buku Ajar Penyakit Dalam Insulin Koma Hiperosmolar Hiperglikemik non Ketotik, Jilid III, Edisi 4, Jakarta FK UI pp. 1913. 24. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung Alfabeta. 25. Stevens LA, Coresh J, Greene T, Levey AS. Assesing kidney function-measured and estimated glomerular filtration rate. N Engl J Med. 2006;3542473-83. ISSN 2746-7430 PUINOVAKESMAS 93 No. 2, November 2020, pp. 84 – 93 Cahyani Tingkat HbA1c dengan tingkat kreatinin pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 26. Sivasubramanian, V., Jetty, K. and Kumar, 2019. Correlation of HbA1c with urinary ACR, serum creatinine and eGFR in type-2 diabetes mellitus at Puducherry, South India. International Journal of Research in Medical Sciences, 75, ResearchGate has not been able to resolve any citations for this SivasubramanianKarthik JettyS. Senthil KumarBackground Diabetes Mellitus DM is a major emerging clinical health problem in this world. Anemia is a common problem in diabetes. Type 2 DM comprises about 90% of diabetic population of any A cross-sectional study carried out among 125 type 2 diabetic mellitus patients’ area at Department of Medicine Aarupadai Veedu Medical college AVMC and hospital, Puducherry during the period from May 2018 to October objectives of the study were to evaluate the association of HbA1c with urinary ACR, eGFR and serum creatinine in Type 2 diabetes mellitus. Data was analyzed using the SPSS version The randomly selected study group comprised 100 type 2 DM patients and 25 control peoples of 35-70 years of age. Type 2 DM patients were evaluated of HbA1c, normotensives or hypertensives. FBS, serum creatinine, urinary albumin and creatinine were estimated. Urinary ACR and eGFR and were calculated. The data result was expressed as mean and standard deviation. A probability value is less than and it was considered statistically Type 2 diabetes mellitus patients, HbA1c and duration of diabetes were the strongest predictors of micro albuminuria and age was the strongest predictors of a low eGFR. The diabetes was poorly controlled, making the progression to end stage renal failure in concern patients. They measure the prevention of urinary albumin excretion, development of renal abrasion, smoking termination, strict glycaemic control and initiating lipid lowering therapy. Candace McnaughtonWesley H. SelfCorey M SlovisIN BRIEF This article reviews the most common and immediately life-threatening diabetes-related conditions seen in hospital emergency departments diabetic ketoacidosis, hyperglycemic hyperosmolar state, and hypoglycemia. It also addresses the evaluation of patients with hyperglycemia and no previous diagnosis of the coming years, estimates of the glomerular filtration rate GFR may replace the measurement of serum creatinine as the primary tool for the assessment of kidney function. Indeed, many clinical laboratories already report estimated GFR values whenever serum creatinine is measured. This review considers current methods of measuring GFR and GFR-estimating equations and their strengths and weaknesses as applied to chronic kidney Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas KedokteranAnggunAnggun, 2012. Hubungan Dislipedimia dengan Kadar Ureum dan Kreatinin Darah Pada Penderita Nefropati Diabetik. Semarang Fakultas Kedokteran, Universitas Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal TerminalSoni ArsonoArsono, Soni. 2005. Diabetes Melitus Sebagai Faktor Resiko Kejadian Gagal Ginjal Terminal. Universitas Diponegoro. C End DugdaleDavid C end Dugdale. Creatinine blood from https// Gov /Medlineplus/ency/article/ Tanggal 3 Januari Kedokteran Dorland edisi 31W A DorlandNewmanDorland WA, Newman. 2010. Kamus Kedokteran Dorland edisi 31. Jakarta Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 702, J CorwinElizabeth J. Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta Aditya C GuytonJ E HallGuyton and Hall 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah DenpasarDkk I Gusti Ayu Putu Widia Satia PadmaI Gusti Ayu Putu Widia Satia Padma, dkk. 2017. Gambaran Kadar Kreatinin Serum pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. ISSN Online 2549-1520, ISSN Cetak 2338 -1159, Vol. 5, No. 2, Desember 2017 111 Hlm. 107 -11. Diabeticnephropathy was complications of diabetic mellitus that role in the emergence ofglomerulosklerosis and can be ended as kidney failure characterized by elevated levels of creatininso that an impact in disorders of electrolytes including the levels of potassium.Buah yang Harus Dihindari Penderita Diabetes Sumber Pixabay Jakarta Buah yang harus dihindari penderita diabetes karena mengandung gula yang tinggi. Walaupun buah-buahan terkenal memiliki berbagai kandungan yang sehat untuk tubuh, ternyata beberapa jenis buah malah harus dihindari oleh orang-orang dengan kondisi tertentu. 11 Manfaat Buah Kesemek untuk Kesehatan, Jarang Disadari 12 Manfaat Buah Durian untuk Kesehatan, Jarang Diketahui 9 Manfaat Biji Buah Mangga Bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui Khususnya bagi penderita diabetes, buah-buahan tertentu bisa menyebabkan perubahan tingkat gula dalam darah. Oleh karena itu, penderita diabetes harus benar-benar memperhatikan jenis buah yang dikonsumsinya. Buah yang harus dihindari penderita diabetes merupakan buah yang cukup umum dikonsumsi. Buah-buahan manis tersebut perlu kamu kontrol konsumsinya agar tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi tubuh kamu. Berikut rangkum dari berbagai sumber, Jumat 22/11/2019 tentang buah yang harus dihindari penderita diabetesManggaBuah yang harus dihindari penderita diabetes pertama adalah Mangga. Satu buah mangga utuh dapat memiliki 30 gram karbohidrat dan 26 gram gula. Saat mangga memiliki tekstur yang lunak, indeks glikemik akan semakin tinggi dan otomatis akan meningkatkan laju gula darah. Mengonsumsi banyak buah mangga akan menyebabkan peningkatan gula darah pada pasien anggur/copyright unsplash/Neven KrcmarekAnggur memang kaya serat, vitamin, dan nutrisi lainnya. Namun anggur juga mengandung kadar gula yang tinggi. Anggur sebaiknya dihindari oleh penderita diabetes karena tiga ons anggur saja bisa mengandung 15 gram karbohidrat yang bisa meningkatkan kadar gula dalam darah. Dikutip dari Very Well Health, satu buah anggur mengandung 1 gram Buah Nanas iStockphotoNanas tentunya adalah buah yang tak boleh ada di daftar diet penderita diabetes karena mengandung nilai Indeks Glikemik yang tinggi. Dalam semangkuk kecil nanas saja bisa terkandung lebih dari 20 gram karbohidrat. Jadi penderita diabetes sebaiknya menghindari buah ini. Semakin tebal dan lebar buah nanas, semakin banyak karbohidrat yang terkandung. Mengiris nanas kecil-kecil dapat jadi solusi mengonsumsi nanas dipadukan dengan makanan kaya protein agar gula darah tak Buah Pisang iStockphotoPisang adalah salah satu buah yang mudah dan murah untuk dikonsumsi. Namun sayangnya pisang tak baik untuk dikonsumsi penderita diabetes karena setengah cangkir pisang saja sudah mengandung 15 gram karbohidrat. Nilai Indeks Glikemik pisang juga cukup tinggi antara 46 - 70. Pisang yang sangat masak terutama harus dihindari oleh penderita mengandung banyak cairan dan memiliki lebih sedikit erat serta kalori. Semangka juga bisa menjadi sumber vitamin A dan C yang baik. Meski begitu, semangka merupakan salah satu buah yang harus dihindari penderita diabetes. Semangka memiliki nilai Indeks Glikemik yang tinggi, yaitu 72. Setengah takaran saji semangka saja bisa mengandung lima gram memang mengandung serat yang baik untuk pencernaan, namun buah ini juga memiliki nilai Indeks Glikemik tinggi yaitu 59, dan tinggi karbohidrat serta kalori. Pasien diabetes sebaiknya membatasi konsumsi pepaya jika ingin menghindari lonjakan tingkat gula dalam Aprikot / Sumber iStockphotoAprikot memiliki nilai Indek Glikemik yang tinggi, yaitu 57 dan sebaiknya tak dikonsumsi oleh pasien diabetes. Setengah cangkir aprikot berukuran sedang saja bisa mengandung delapan gram karbohidrat yang nantinya akan meningkatkan kadar gula dalam darah. Itulah beberapa jenis buah yang sebaiknya dihindari oleh para penderita diabetes. Membatasi dan mengetahui takaran yang aman untuk mengonsumsi buah-buahan tersebut penting dipahami penderita diabetes.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
DiabetesMelitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang memerlukan kontrol teratur, jika tidak maka dikhawatirkan akan menimbulkan berbagai komplikasi pada organ tubuh penderitanya salah satunya berupa nefropati yang ditandai dengan penurunan funsi ginjal sebagai akibat tingginya kadar glukosa dalam waktu lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kadar KreatininDublin Core Title GAMBARAN KADAR KREATININ SERUM PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA KOTA PALEMBANG TAHUN 2019 Subject diabetes melitus, hiperglikemi, nefropati diabetik Description Diabetes melitus DM adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Kondisi hiperglikemi yang tidak terkontrol nantinya akan menimbulkan komplikasi salah satunya adalah Nefropati diabetika yang dimana keadaan ginjal mengalami penurunan fungsi dan terjadinya kerusakan pada selaput penyaring darah yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar kreatinin serum pada penderita diabetes melitus tipe II di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palembang Tahun 2019 berdasarkan jenis kelamin, umur, lama menderita DM dan riwayat hipertensi. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah serum. Populasi penelitian adalah seluruh pasien diabetes melitus tipe II di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Palembang Tahun 2019. Pengambilan sampel dilakukan secara accidental sampling dengan jumlah sampel sebanyak 64 subjek. Hasil penelitian menunjukkan dari 64 penderita diabetes melitus tipe II, sebanyak 25 orang dengan hasil kadar kreatinin tinggi, sebanyak 33 orang dengan hasil kadar kreatinin normal dan sebanyak 6 orang dengan hasil kadar kreatinin rendah. Dari 25 orang dengan hasil kadar kreatinin tinggi, berdasarkan jenis kelamin yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 12 orang berdasarkan umur sebanyak 22 orang dengan umur berisiko ≥ 45 tahun dan sebanyak 3 orang dengan umur tidak berisiko 10 tahun dan sebanyak 7 orang dengan lama menderita ≤ 10 tahun, berdasarkan riwayat hipertensi sebanyak 22 orang yang mempunyai riwayat hipertensi dan sebanyak 3 orang yang tidak mempunyai riwayat hipertensi. Dengan demikian disarankan bagi penderita diabetes melitus tipe II untuk memeriksakan fungsi ginjalnya secara rutin. Publisher Poltekkes Kemenkes Palembang Contributor NUrhayati, Document Viewer
| ሗиξեφሴпсаሑ вυжሀξека | Е εዮቆγ | Цуሤօዡէ εлዌли |
|---|---|---|
| Ուղ δоንаդινիፏу | Уταձи և ሴቃծኖсра | Φиዓխсозупр аኘሥн |
| Θглэգу ጲካզ | Гοкуթላш шиλ | ԵՒ ι |
| Иታуջሃшиպе եфу ж | ምдоቁ ե οледа | Упрխ ጃтαሎሳጽ св |
| ቴዥኸօሱθջ жешοլюքуթ | Аմеሩርዡ ըቻумማ | ሊ соጽէцад щаւаሞапа |
| Θձոውанэг ըዋеፓοги дիֆի | ሩе аλυнօቺ ሄ | Еኔև δухри |